Tempat Wisata Favorit
Dengan luas sekitar 250.000 meter persegi, Keraton Ratu Boko merupakan salah satu maha karya arsitektural bangsa Indonesia pada zaman dahulu Keteraturan dalam penataan bentuk fisik dan fungsi suatu bangunan, serta keseimbangan dengan alam sekitarnya merupakan prinsip yang mendasari pembangunan Keraton Ratu Boko. Kompleks Keraton Ratu Boko yang dibangun mengikuti kontur perbukitan ini, sehingga kita harus sedikit mengeluarkan tenaga ekstra saat menjelajahinya, terbagi ke dalam empat bagian, yaitu bagian barat, bagian tengah, bagian timur, dan bagian tenggara. Sejauh mata memandang, bagian barat merupakan suatu perbukitan yang dipenuhi pepohonan. Bagian tengah diisi oleh gapura utama berbentuk paduraksa dengan pintu utama yang diapit oleh dua pintu pendamping. Untuk memasukinya, kita harus menaiki anak tangga yang relatif cukup tinggi. Kemudian, lapangan rumput yang menghijau terhampar luas, Candi Pembakaran yang juga disebut sebagai candi batu putih karena memang tersusun dari batu gamping, kolam, batu berumpak, dan Paseban yang berfungsi sebagai ruang tamu untuk menghadap raja kala itu. Sementara itu, bagian timur meliputi kompleks Gua Lanang dan Gua Wadhon yang dulu dibuat dengan cara melubangi batuan sedimen Breksi Pumis, stupa Akshobya, dan kolam. Pendopo, bala-balai, tiga candi kecil, kolam, dan kompleks Keputren berdiri di bagian tenggara.
Sekilas tentang riwayat Keraton Ratu Boko
Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar